3 months

Essay by vyselUniversity, Bachelor'sB, February 2014

download word file, 9 pages 0.0

3 Months

Hembusan angin senja menerpa rambutnya yang terurai panjang. Dia berdiri kaku di balkon rumahnya. Kedua tangannya gemetaran. Matanya menatap gelisah seakan-akan rapuh merangkulnya. Dia tidak bisa menghindar dari bayang-bayang kegelisahan yang selalu menghantuinya.

Ia tidak bisa menghapus rasa bersalahnya kepada lelaki yang dicintainya. Lelaki berambut gondrong dengan wajah dipenuhi brewok. Ia tidak sengaja melakukannya. Kini tubuh lelaki itu tergeletak lemah di rumah sakit. Matanya tidak juga terbuka sejak kecelakaan malam itu. Nyaris tiga bulan sejak peristiwa itu. Dia tidak ingin memikirkannya. Namun, peristiwa itu masih terangkai jelas dalam memorinya.

Air matanya terjatuh begitu saja. Nafasnya terasa berat. Dadanya terasa sesak. Kekasihnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Hatinya tergores dan terasa sangat sakit. Matanya tetap fokus menatap jalanan di depannya. Tangannya memutar setir dengan penuh emosi. Ia memacu kecepatan mobilnya di atas kecepatan normal.

Bayangan perselingkuhan kekasihnya masih tergambar jelas di benaknya. Ia menjerit. Air matanya terjatuh tanpa henti. Ia tidak bisa menahan emosinya.

Ia pun tidak sadar apa yang terjadi berikutnya. Ketika seorang lelaki menyeberang jalan, ia terlambat menginjak rem. Tubuhnya tertabrak mobil yang dikendarainya. Bemper depan mobilnya mengenai perut lelaki itu.

Tubuh lelaki itu terhempas dan jatuh di atas jalanan beraspal. Ia melihat dengan jelas bahwa darah keluar dari mulut lelaki itu dan jatuh di atas kaca depan mobilnya. Tubuhnya kaku dan air matanya berhenti mengalir. Matanya membelalak ketakutan. Ia menjerit pada detik berikutnya. Ia segera turun dari mobil. Ia melihat keadaan sekelilingnya. Langit malam yang menjuntai tanpa setitik bintang. Jalanan yang tampak lengang dan sepi.

Dengan langkah perlahan, ia berjalan mendekati tubuhnya. Bibirnya terbuka dan ia menangis. Ia berjongkok di depan tubuh lelaki itu. Kepala belakangnya mengeluarkan darah. Sepertinya kepala belakangnya berpapasan dengan jalanan beraspal. Tangan kirinya memegang kepala belakangnya untuk menahan darah yang terus mengalir.

Tangan kanannya memeriksa denyut nadinya. Untungnya, ia masih hidup. Ia langsung...