Golput, siapa takut? or Don't be afraid to give a vote

Essay by p4sc4l April 2004

download word file, 5 pages 1.0

Downloaded 18 times

MENGAPA takut golput? Seakan kita baru saja mengalami mutasi menjadi insan-insan politik modern yang peduli dan mampu membedakan mana praktik-praktik politik rasional yang memperjuangkan kepentingan masyarakat luas dan mana praktik- praktik politik irasional yang hanya memperjuangkan kepentingan-kepentingan pribadi dan kepentingan-kepentingan kelompok yang sempit ketika di dalam kenyataan kita masih "panggah" menjadi insan-insan politik" seperti yang dulu": primitif dan tidak memiliki wawasan kebangsaan yang kuat?

Mengapa mengira suara golongan putih (golput) dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 akan bertambah cukup berarti dibandingkan dengan yang terjadi pada pemilu-pemilu yang lalu ketika kita mengetahui benar bahwa kelas menengah Indonesia yang kita harapkan memiliki kemampuan berpikir kritis ternyata terpecah-belah oleh beragam orientasi ideologis dan kepentingan-kepentingan sempit?

Mengapa menduga banyak orang akan menjadi golput pada Pemilu 2004, seolah kita percaya bahwa melalui keberhasilan kita menurunkan Soeharto dari kursi presiden yang ia duduki selama lebih dari 30 tahun telah berhasil pula membangun sebuah sistem politik yang rasional (rational politics), ketika di dalam kenyataan kehidupan politik kita sejauh ini terbukti semakin mengukuhkan dan menyemaikan sebuah sistem politik kesukuan (ethnic politics) yang kita bangun sejak era kolonial?

Maaf, jikalau saya terlalu cynical terhadap mereka yang percaya bahwa suara golput pada Pemilu 2004 akan meningkat cukup berarti.

Boleh jadi saya keliru. Akan tetapi, sejauh ini saya tidak melihat adanya cukup alasan untuk membuat perkiraan akan meningkatnya jumlah suara golput pada Pemilu 2004. Angka mereka yang memilih menjadi pendukung golput sangat boleh jadi memang akan meningkat, tetapi tidak akan terlalu berarti.

Dalam perhitungan, atau lebih tepat spekulasi saya, jumlah suara mereka pada Pemilu 2004 paling tinggi hanya akan mencapai angka yang pernah dicapai pada Pemilu 1955 yang dikenal paling "luber" dan paling demokratis, yakni sekitar 12 persen (atau naik sekitar 2 persen dari suara golput yang dicapai pada Pemilu 1999 yang hanya mencapai angka 10 persen). Itu pun jikalau kita memasukkan...